Surakarta – CV. Kreasi Koncone Ngemil, UMKM kuliner dengan produk unggulan emping melinjo baru saja melaksanakan Workshop 1 Inkubasi Usaha 2024 yang digelar oleh Hetero Inkubator Jawa Tengah. Kegiatan yang dilaksanakan selama 22 – 25 April 2024 di Balai Pelatihan Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah itu membuat Koncone Ngemil mendapatkan ilmu yang cukup berkesan. Lantas apa ilmu berkesan yang didapatkan UMKM Koncone Ngemil dari Workshop 1 Inkubasi Usaha bersama Hetero Inkubator Jawa Tengah? Berikut ulasannya.
Sebagaimana diketahui, Workshop 1 program Inkubasi Usaha 2024 Hetero Inkubator Jawa Tengah berlangsung selama 4 hari, yakni dari 22 – 25 April 2024. Sejumlah materi yang disampaikan kepada para pelaku UMKM yang hadir sebagai peserta di antaranya Business Model Canvas (BMC) yang disampaikan oleh Aditya Dwi Putra selaku Prompt Engineer & Generative AI Specialist Subsdaily.com (Linkedin). Ada pula materi DNA Branding dan Brand Storytelling yang dipaparkan oleh Lisa Fitria selaku Fashion Designer di hari yang berbeda. Tak hanya itu, para peserta juga mendapatkan ilmu terkait HPP dan Laporan Laba Rugi yang disampaikan oleh Anissa Swastika. Serta dipaparkan juga materi terkait Team Building dan Performance yang disampaikan oleh Imam Subchan selaku Advisor Nyalanesia (Linkedin). Perihal Digital Marketing dipaparkan oleh Bella Bisi Handayani selaku Owner Gudeg Besek Pak Bima, dan Customer Relationship dipaparkan oleh Yoga Muda selaku CEO Pentone.id (Linkedin).

Bagi owner UMKM Koncone Ngemil, Elliyina, ilmu yang cukup berkesan baginya adalah tentang Team Building dan Performance yang disampaikan Imam Subchan. Saat membawakan materi tersebut, Imam membagi para peserta menjadi beberapa kelompok yang masing-masing beranggota 5 orang. Setiap kelompok diberi tugas untuk membuat jembatan dan harus memindahkan mobil kecil dari titik A ke B. Peralatan yang digunakan untuk melakukan hal tersebut adalah tali kenur dan stik ice cream. Dalam tugas tersebut, ada sejumlah ilmu fundamental dalam berwirausaha, di antaranya planning dan strategi. Namun usai diberi waktu 3×10 menit, ternyata tidak ada satu kelompok pun yang berhasil menyelesaikan misi. Menurut pengamatan Imam selaku mentor, para peserta terlalu grusah grusuh dan tidak memikirkan planning serta strategi sebelum bertindak. Dan itulah representasi kelemahan seseorang atau sebuah kelompok. Yakni cenderung langsung eksekusi di lapangan tanpa membuat rancangan yang matang terlebih dahulu.
Saat itu Pak Imam, kata Elliyina, kerap melontarkan pertanyaan kepada para pelaku UMKM selaku peserta tentang apa yang sebenarnya dikejar. Bahagia atau kaya? Mayoritas tentu menginginkan kaya karena para pelaku usaha tentu berorientasi pada profit (laba) dalam berwirausaha. Tapi ternyata menurut Imam, merasa bahagia menjadi jauh lebih penting dari sekadar mementingkan laba. Orang yang bahagia kecenderungannya akan merasa kaya pula. Dan tidak semua bisnis berbicara mengenai profit, pun perspective terhadap dunia entrepreneur juga menentukan keberhasilan sebuah usaha.***