Surakarta – Owner emping melinjo Solo Koncone Ngemil, Elliyina, baru saja menghadiri acara WMK Talks DPL yang diadakan oleh Universitas Sebelas Maret pada Rabu, 6 November 2024. Kegiatan yang berlangsung di Ballroom Hotel Asia Solo tersebut mengundang 49 owner UMKM di Solo termasuk produsen emping melinjo Solo Koncone Ngemil. Elliyina bersama para owner UMKM yang hadir pada kegiatan diskusi antara mitra dan dewan pembimbing lapangan (DPL) tersebut menyoroti beberapa hal terkait pelaksanaan WMK. Apa saja? Berikut ulasannya.
Wirausaha Merdeka (WMK) Talks yang diadakan oleh Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo tersebut merupakan acara lanjutan dari program Immersion Semesta WMK UNS TA. 2024. Secara umum, kegiatan itu bertujuan untuk menyamakan persepsi dalam persiapan penyusunan prototype mahasiswa antara mitra UMKM dengan dosen pembimbing lapangan (DPL). Sejumlah 49 UMKM di Solo yang menjadi mitra atau tempat magang para mahasiswa WMK pun diundang dalam acara tersebut, termasuk produsen emping melinjo Solo Koncone Ngemil. Dalam program wirausaha merdeka (WMK) ini, UMKM Koncone Ngemil menerima 2 kelompok mahasiswa WMK UNS yang sama-sama berasal dari jurusan Pendidikan Administrasi Perkantoran.
Pada kesempatan tersebut, Elliyina selaku owner UMKM Koncone Ngemil mengaku mendapatkan materi terkait sosialisasi tentang sejumlah hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh mahasiswa maupun mitra selama kegiatan WMK berlangsung. Saat diskusi penyamaan persepsi antara mitra dan DPL yang dimoderatori oleh Khresna Bayu Sangka, S.E.,M.M.,Ph.D.,CMILT itu pun juga memaparkan perihal keuangan, SPJ, RAB, dan sebagainya.
Dalam diskusi itu pun, Elliyina bersama DPL dan para owner UMKM lainnya pun menyoroti beberapa hal penting selama program WMK berlangsung. Pertama, mayoritas mahasiswa masih berfokus pada pembuatan prototype produk. Kedua, sebagian UMKM mengeluhkan terkait kurangnya kesamaan antara produk usaha yang dijalani UMKM dengan rancangan produk usaha yang dibuat oleh mahasiwa. Hal itu berimplikasi pada kurangnya optimalisasi proses produksi usaha mahasiswa lantaran keterbatasan alat produksi yang dimiliki oleh UMKM tempat mengabdi mahasiswa tersebut.
Meski demikian, proses magang mahasiswa WMK UNS di UMKM Koncone Ngemil cukup berjalan baik sejauh ini. Hal itu karena masih terdapat kesamaan antara rencana produksi usaha mahasiswa dengan proses produksi emping melinjo Koncone Ngemil. Kesamaan tersebut baik dari segi jenis produk, proses pembuatan bumbu, peralatan mengemas, dan sebagainya.
Selain dibekali ilmu perihal produksi, mahasiswa WMK UNS yang magang di UMKM Koncone Ngemil pun diarahkan pada hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam membangun usaha. Seperti mempersiapkan NIB, PIRT, HKI, logo, foto produk, dan sejenisnya. Para mahasiswa juga diberi wawasan pentingnya marketing online, di mana mereka perlu mempersiapkan akun sosial media produk usaha yang tengah digarap untuk promosi. Para mahasiswa pun diajak dan diajari cara menentukan dan menemukan potential customer, salah satunya dengan cara canvassing. Para mahasiswa WMK tersebut juga mendapat kesempatan untuk bertemu secara langsung dengan calon customer saat Car Free Day di Surakarta setiap hari Minggu.
Fiona sebagai salah satu mahasiwa WMK UNS mengaku senang bisa belajar berbisnis dan mengembangkan produk usaha di rumah produksi emping melinjo Koncone Ngemil.
“Saya mendapat wawasan baru terkait membangun usaha kecil dari produksi hingga pemasarannya. Selain belajar banyak tentang proses produksi emping melinjo, mulai dari pemilihan bahan baku hingga pengemasan akhir, saya juga merasakan bagaimana pentingnya menjaga kualitas produk agar tetap terjaga,” tuturnya.
Selain terkait bisnis, ia juga terkesan dengan budaya kerja di UMKM Koncone Ngemil yang menurutnya hangat dan kekeluargaan. “Tim di Koncone Ngemil sangat ramah dan selalu bersedia membantu, sehingga lingkungan kerja menjadi nyaman dan menyenangkan,” jelasnya.
Fiona juga mengaku bahwa sekecil apapun langkah yang diambil dalam berbisnis, memiliki dampak yang penting bagi keberlangsungan usaha yang dijalani. “Mengikuti prosedur yang baik bukan hanya soal hasil produk yang maksimal, tetapi juga tentang menjaga kepercayaan konsumen dan membangun reputasi bisnis. Pengalaman ini membuka mata kami tentang pentingnya ketelitian, kedisiplinan, dan komitmen dalam berwirausaha, yang tentunya akan sangat berguna bagi kami di masa depan,” paparnya.***